Kamis, 17 September 2009

Khusyuk


''Sungguh beruntung orang-orang yang beriman. (Yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya.'' (QS Al-Mu'minun [23]: 1-2). Seorang ahli ibadah yang bernama Isam bin Yusuf dikenal khusyuk dalam shalatnya. Tetapi, dia masih ragu dengan kekhusukan ibadah yang telah dilakukannya.
Sehingga, ia selalu bertanya kepada orang yang dianggapnya lebih khusuk ibadahnya, agar ia bisa memperbaiki ibadahnya yang dirasakan belum khusuk. Suatu ketika, Isam pergi menghadiri majelis Hatim Al-Isam dan ia bertanya, ''Wahai Aba Abdurrahman, bagaimanakah caranya tuan khusuk dalam shalat?'' Hatim menjawab, ''Apabila masuk waktu shalat aku berwudhu lahir dan batin.'' Isam bertanya lagi, ''Bagaimana yang tuan maksud dengan wudhu' lahir dan batin itu?''
''Wudhu lahir sebagaimana biasa, yaitu membasuh semua anggota wudhu dengan air. Sedangkan wudhu batin membasuh anggota dengan tujuh perkara, yaitu dengan bertobat, menyesali dosa yang dilakukan, tidak dibutakan oleh dunia, tidak mengharap pujian orang (riya'), meninggalkan sifat sombong dan berbangga diri, membuang sifat khianat dan menipu, serta menjauhkan diri dari sifat dengki.''
Selanjutnya Hatim berkata, ''kemudian aku pergi ke masjid, aku kemaskan semua anggotaku dan menghadap kiblat. Aku berdiri dengan penuh kewaspadaan dan aku bayangkan Allah ada di hadapanku, syurga di sebelah kananku, neraka di sebelah kiriku, malaikat maut berada di belakangku, dan aku bayangkan pula aku seolah-olah berdiri di atas titian Sirratal Mustaqim dan aku menganggap shalatku kali ini adalah shalat yang terakhir, kemudian aku berniat dan bertakbir dengan baik.
Setiap bacaan dan doa dalam shalat kupahami maknanya, kemudian aku ruku' dan sujud dengan tawadhuk, aku ber-tasyahhud dengan penuh pengharapan dan aku memberi salam dengan ikhlas. Beginilah aku shalat selama 30 tahun.''
Isam pun menangis. Ia merasa shalatnya belum sempurna. Apabila Isam bisa menangis hanya karena mengingat shalatnya yang belum khusyuk, apakah kita bisa melakukan seperti yang dilakukan Isam? Kita, jangankan menangisi shalat yang belum khusyuk, meninggalkan shalat lima waktu saja mungkin tanpa rasa bersalah.
Padahal, shalat akan mendekatkan kita pada Allah dan merupakan sarana mendapatkan pertolongan dari-Nya. ''Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.'' (QS Albaqarah [2]: 45).
Semoga kita bisa menjadi hamba-hamba yang taat mendirikan shalat dan selalu khusuk dalam shalatnya. Bukan sekadar ritual takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam, sementara hati kita berkelana entah ke mana.
( MHD Natsir )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar